Baca: Keluaran 10:21-29
Kemudian Musa berkata: “Tepat seperti ucapanmu itu! Aku takkan melihat mukamu lagi!” (Keluaran 10:29)
Bacaan Alkitab Setahun:
2 Tawarikh 7-9
Manusia cenderung ingin menang, tidak mau kalah, apalagi mengaku salah. Salah satu contohnya adalah dengan—final words—demi membungkam lawan bicaranya. Seolah ia hendak berkata, “Selesai. Titik. Aku yang menentukan akhirnya.” Entah dengan ucapan bernada sombong, menghina, atau mengancam. Dengan cara itu, ia mengira dialah sang penentu kemenangan.
Firaun juga memakai final words. Walau negerinya sudah hancur-hancuran akibat digempur sembilan tulah, ia tetap bersikeras. Tuhan baru saja mengirim tulah yaitu Khamsin—tiupan angin Selatan dan Barat Daya selama 50 hari hingga menerbangkan debu gurun Sahara yang “menghitamkan” seluruh Mesir selama 3 hari dan menghentikan seluruh kegiatan normal manusia (ay. 23). Dinamai “kegelapan” yang dapat diraba (ay. 21). Tetapi Firaun tetap menantang Tuhan dengan mengucapkan final words yang mengancam nyawa Musa (ay. 28). Ia lupa, Tuhanlah penentu akhir dari segalanya, termasuk nyawa Firaun. Melalui Musa, Tuhan membalikkan ucapan Firaun menjadi vonis bagi kematiannya sendiri (ay. 29). Itulah final words Tuhan.
Ada kalanya kita bertemu dengan orang-orang yang ucapannya kala menutup pembicaraan meninggalkan jejak rasa sakit yang menusuk, rasa terhina, kepedihan, amarah, atau malah ketakutan. Seakan-akan ia sedang mengutuki kita. Jangan cemas, tak seorang pun dapat mengutuki sesamanya jika Tuhan tidak berkenan. Tak seorang pun berkuasa menjegal langkahmu, membuntu jalanmu, atau mengakhiri perjuanganmu kalau Tuhan berjalan bersamamu. Penentu akhir dari segalanya ada pada Tuhan.
SIAPAKAH MANUSIA SEHINGGA MAU BERLAGAK
MENJADI TUHAN BAGI SESAMANYA?